Jumat, 22 November 2019

Chlorella sp.


         1. Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Bold dan Wynne (1985) klasifikasi Chlorella sp. adalah :
Divisi               : Chlorophyta
Classis             : Chlorophyceae
Ordo                : Chlorococcales
Familia            : Oocystaceae
Genus              : Chlorella
Species            : Chlorella vulgaris
                          Chlorella pyrenidosa


Sel Chlorella sp. mempunyai protoplasma yang berbentuk cawan dan tidak mempunyai flagella sehingga tidak dapat bergerak aktif, warna hijau pada Chlorella sp. karena selnya mengandung klorofil a dan b dalam jumlah yang besar, dinding selnya terdiri dari selulosa dan pectin, setiap selnya terdapat sebuah inti sel dan satu kloroplas (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Selnya berbentuk bola. Sel Chlorella sp. Berbentuk bulat lonjong (ellipsoidal) dengan garis tengah sel antara 2-8 , dapat bergerak tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan seakan-akan tidak bergerak. (Ekawati, 2009).

2. Habitat
Chlorella sp. adalah fitoplankton yang sering dijumpai di perairan umum, baik itu perairan tawar maupun perairan laut (Wigajatri dkk., 2003). Sifat kosmopolitan Chlorella sp. mampu hidup di mana-mana kecuali di tempat yang sangat kritis bagi kehidupanya. Chlorella sp. air tawar dapat hidup dengan kadar salinitas hingga 5 ppt,contohnya adalah Chlorella vulgaris, Chlorella pyrenoidosa, Chlorella virginica dan lain-lain (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Chlorella sp. hidup secara berkoloni dengan jumlah besar (Pratama, 2011). Mikroalga jenis ini biasanya ditemukan pada tempat-tempat yang lembab atau benda-benda yang sering terkena air dan banyak hidup pada lingkungan berair di permukaan bumi. Chlorella sp. merupakan alga yang kosmopolit, terdapat di air payau, air laut dan air tawar (Ekawati, 2009).

3. Reproduksi
Alga ini berproduksi secara aseksual dengan pembelahan sel, tetapi juga dapat dengan pemisahan autospora dari sel induknya. Reproduksi sel ini diawali dengan pertumbuhan sel yang membesar. Periode selanjutnya adalah terjadinya peningkatan aktivitas sintesa sebagai bagian dari persiapan pembentukan sel anak, yang merupakan tingkat pemasakan awal. Tahap selanjutnya terbentuk sel induk muda yang merupakan tingkat pemasakan akhir, yang akan disusul dengan pelepasan sel anak. Selnya bereproduksi dengan membentuk dua sampai delapan sel anak didalam sel induk. (Mirojiah, 2013).
Sel Chlorella sp. memiliki tingkat reproduksi yang tinggi, setiap sel Chlorella sp. mampu berkembang menjadi 10.000 sel dalam waktu 24 jam. Tiap satu sel induk (parent cel) akan membelah menjadi 4, 8, atau 16 autospora yang kelak akan menjadi sel-sel anak (daughter cell) dan melepaskan diri dari induknya (Kawaroe, 2010). 

4. Fase Pertumbuhan 
Chlorella sp. mempunyai waktu generasi yang sangat cepat. Oleh karena itu dalam waktu yang relatif singkat, pertumbuhan sel akan terjadi secara cepat, terutama jika cahaya dan sumber energi tersedia dalam jumlah yang cukup. Menurut Pratama (2011) pola pertumbuhan berdasarkan jumlah sel dapat dikelompokkan menjadi lima fase yaitu, fase tunda (lag phase), fase pertumbuhan logaritmik (log phase), fase penurunan laju pertumbuhan, fase stationer dan fase kematian.
Kurva Pertumbuhan Chlorella sp.  (Wirosaputro, 2002)
           Fase tunda adalah suatu tahap setelah pemberian inokulum ke dalam media kultur dimana terjadi penundaan pertumbuhan yang dikarenakan Chlorella sp. memerlukan pembelahan, tidak terjadi pertambahan jumlah sel. Fase ini adalah fase penyesuaian yaitu suatu masa ketika sel-sel kekurangan metabolit dan enzim akibat dari keadaan tidak menguntungkan dalam pembiakan terdahulu, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Enzim-enzim dan zat antara terbentuk dan terkumpul sampai konsentrasi yang cukup untuk kelanjutan pertumbuhan (Pratama, 2011).
       Fase pertumbuhan logaritmik (log phase) sel-sel membelah dengan cepat dan terjadi pertambahan dalam jumlah sel. Selama fase ini, sel-sel berada dalam keadaan yang stabil. Bahan sel baru terbentuk dengan konstan tetapi bahan-bahan baru itu bersifat katalitik dan massa bertambah secara eksponensial (Pratama, 2011). Pembelahan sel dimulai dan laju pertumbuhan meningkat secara intensif. Bila kondisi kultur optimum maka laju pertumbuhan pada fase ini dapat mencapai nilai maksimal dan pola laju pertumbuhan dapat digambarkan dengan kurva logaritmik. Pada fase ini merupakan fase terbaik untuk memanen mikroalga untuk keperluan pakan ikan atau industri. Chlorella sp. dapat mencapai fase ini dalam waktu 4-6 hari atau bisa tergantung media yang digunakan (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
          Fase penurunan laju pertumbuhan tetap terjadi pertambahan sel namun laju pertumbuhannya menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya kompetisi yang sangat tinggi di dalam media hidup karena zat makanan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah populasi akiat dari pertambahan yang sangat cepat pada fase eksponensial sehingga hanya sebagian dari populasi yang mendapatkan makanan yang cukup dan dapat tumbuh serta membelah (Pratama, 2011).
          Fase stasioner adalah fase pemberhentian pertumbuhan. Pada fase ini, jumlah sel kurang lebih tetap. Hal ini disebabkan oleh habisnya nutrisi dalam medium atau karena menumpuknya hasil metabolisme yang beracun sehingga mengakibatkan pertumbuhan berhenti. Dalam kebanyakan kasus, pergantian sel terjadi dalam fase stasioner, dimana adanya kehilangan sel yang lambat karena kematian yang diimbangi dengan pembentukan sel-sel yang baru melalui pembelahan. Bila hal ini terjadi, maka jumlah sel akan bertambah secara lambat, meskipun jumlah sel hidup tetap (Pratama, 2011).
          Fase kematian, jumlah populasi ini menurun. Selama fase ini, jumlah sel yang mati per satuan waktu secara perlahan-lahan bertambah dan akhirnya kecepatan sel-sel yang mati menjadi konstan (Pratama, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Bold,H.C., Wynne,M.J. 1985. Introduction to the Algae, Structur and Reproduction. New York: Englewood Cliftts. Pretince Hall Inc. 720 hal.
Ekawati, A.W.2005. Diktat Kuliah Budidaya Pakan Alami. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya : Malang.
Isnansetyo dan Kurniastuty. 1995, Teknik kultur phytoplankton zooplankton. pakan alami untuk pembenihan organisme laut. Kanisius. Yogyakarta. 116 hlm.
Kawaroe. 2010.Mikroalga Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan Bakar.Intitut Teknologi Bandung.Bandung.
Mirojiah, Mety. 2013. Klasifikasi Mikroalga Menurut Filumnya.diakes pada tanggal 2 November 2018.
Pratama, I. 2011. Pengaruh Metode Pemanenan Mikroalga Terhadap Biomassa Dan Kandungan Esensial Chlorella vulgaris. (Skripsi). Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Jakarta.
Wigajatri R.P, Handojo, A., Kurniawan, H., dan Prihantini, N. B. 2003. Studi Karakteristik Fluoresensi Chlorella Sp : Pengaruh pH Terhadap Pengkulturan. Jurnal Makara, Teknologi, VOL. 7, NO. 2, Agustus 2003 STUDI, 7(2), 83–88.
Wirosaputro,S. 2002. Chlorella sp. Untuk Kesehatan Global Teknik Budidaya dan Pengolahan Buku II. Gajah Mada University Press. Yogayakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar