1. Klasifikasi dan Morfologi
Menurut
Bold dan Wynne (1985) klasifikasi Chlorella
sp. adalah :
Divisi : Chlorophyta
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Familia : Oocystaceae
Genus : Chlorella
Species : Chlorella
vulgaris
Chlorella pyrenidosa
Sel Chlorella sp.
mempunyai protoplasma yang berbentuk cawan dan tidak mempunyai flagella
sehingga tidak dapat bergerak aktif, warna hijau pada Chlorella sp. karena selnya mengandung
klorofil a dan b dalam jumlah yang besar,
dinding selnya terdiri dari selulosa dan pectin, setiap selnya terdapat sebuah
inti sel dan satu kloroplas (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Selnya
berbentuk bola. Sel Chlorella sp.
Berbentuk bulat lonjong (ellipsoidal)
dengan garis tengah sel antara 2-8
, dapat bergerak
tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan seakan-akan tidak bergerak. (Ekawati,
2009).
2. Habitat
Chlorella
sp. adalah fitoplankton yang sering dijumpai di perairan umum, baik itu
perairan tawar maupun perairan laut (Wigajatri dkk., 2003). Sifat kosmopolitan Chlorella sp. mampu hidup di mana-mana
kecuali di tempat yang sangat kritis bagi kehidupanya. Chlorella
sp. air tawar dapat hidup dengan kadar salinitas hingga 5 ppt,contohnya adalah Chlorella vulgaris, Chlorella pyrenoidosa,
Chlorella virginica dan lain-lain (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Chlorella sp. hidup secara berkoloni dengan jumlah besar
(Pratama, 2011). Mikroalga jenis ini biasanya ditemukan pada
tempat-tempat yang lembab atau benda-benda yang sering terkena air dan banyak
hidup pada lingkungan berair di permukaan bumi. Chlorella sp. merupakan alga yang kosmopolit, terdapat di air
payau, air laut dan air tawar (Ekawati, 2009).
3. Reproduksi
Alga ini berproduksi secara
aseksual dengan pembelahan sel, tetapi juga dapat dengan pemisahan autospora
dari sel induknya. Reproduksi sel ini diawali dengan pertumbuhan sel yang
membesar. Periode selanjutnya adalah terjadinya peningkatan aktivitas sintesa
sebagai bagian dari persiapan pembentukan sel anak, yang merupakan tingkat
pemasakan awal. Tahap selanjutnya terbentuk sel induk muda yang merupakan
tingkat pemasakan akhir, yang akan disusul dengan pelepasan sel anak. Selnya
bereproduksi dengan membentuk dua sampai delapan sel anak didalam sel induk.
(Mirojiah, 2013).
Sel Chlorella sp. memiliki tingkat reproduksi yang tinggi, setiap sel Chlorella sp. mampu berkembang menjadi
10.000 sel dalam waktu 24 jam. Tiap satu sel induk (parent cel) akan membelah menjadi 4, 8, atau 16 autospora yang
kelak akan menjadi sel-sel anak (daughter
cell) dan melepaskan diri dari induknya (Kawaroe, 2010).
4. Fase Pertumbuhan
Chlorella
sp. mempunyai waktu generasi yang sangat cepat. Oleh karena itu dalam waktu
yang relatif singkat, pertumbuhan sel akan terjadi secara cepat, terutama jika
cahaya dan sumber energi tersedia dalam jumlah yang cukup. Menurut Pratama
(2011) pola pertumbuhan berdasarkan jumlah sel dapat dikelompokkan menjadi lima
fase yaitu, fase tunda (lag phase),
fase pertumbuhan logaritmik (log phase),
fase penurunan laju pertumbuhan, fase stationer dan fase kematian.
![]() |
Kurva Pertumbuhan Chlorella sp. (Wirosaputro, 2002) |
Fase tunda adalah suatu tahap setelah
pemberian inokulum ke dalam media kultur dimana terjadi penundaan pertumbuhan
yang dikarenakan Chlorella sp.
memerlukan pembelahan, tidak terjadi pertambahan jumlah sel. Fase ini adalah
fase penyesuaian yaitu suatu masa ketika sel-sel kekurangan metabolit dan enzim
akibat dari keadaan tidak menguntungkan dalam pembiakan terdahulu, menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang baru. Enzim-enzim dan zat antara terbentuk dan
terkumpul sampai konsentrasi yang cukup untuk kelanjutan pertumbuhan (Pratama, 2011).
Fase pertumbuhan
logaritmik (log phase) sel-sel
membelah dengan cepat dan terjadi pertambahan dalam jumlah sel. Selama fase
ini, sel-sel berada dalam keadaan yang stabil. Bahan sel baru terbentuk dengan
konstan tetapi bahan-bahan baru itu bersifat katalitik dan massa bertambah
secara eksponensial (Pratama, 2011). Pembelahan sel dimulai dan laju
pertumbuhan meningkat secara intensif. Bila kondisi kultur optimum maka laju
pertumbuhan pada fase ini dapat mencapai nilai maksimal dan pola laju
pertumbuhan dapat digambarkan dengan kurva logaritmik. Pada fase ini merupakan
fase terbaik untuk memanen mikroalga untuk keperluan pakan ikan atau industri. Chlorella sp. dapat mencapai fase ini
dalam waktu 4-6 hari atau bisa tergantung media yang digunakan (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995).
Fase penurunan
laju pertumbuhan tetap terjadi pertambahan sel namun laju pertumbuhannya
menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya kompetisi yang sangat tinggi di dalam
media hidup karena zat makanan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah
populasi akiat dari pertambahan yang sangat cepat pada fase eksponensial
sehingga hanya sebagian dari populasi yang mendapatkan makanan yang cukup dan
dapat tumbuh serta membelah (Pratama, 2011).
Fase stasioner
adalah fase pemberhentian pertumbuhan. Pada fase ini, jumlah sel kurang lebih
tetap. Hal ini disebabkan oleh habisnya nutrisi dalam medium atau karena
menumpuknya hasil metabolisme yang beracun sehingga mengakibatkan pertumbuhan
berhenti. Dalam kebanyakan kasus, pergantian sel terjadi dalam fase stasioner,
dimana adanya kehilangan sel yang lambat karena kematian yang diimbangi dengan
pembentukan sel-sel yang baru melalui pembelahan. Bila hal ini terjadi, maka
jumlah sel akan bertambah secara lambat, meskipun jumlah sel hidup tetap
(Pratama, 2011).
Fase kematian,
jumlah populasi ini menurun. Selama fase ini, jumlah sel yang mati per satuan
waktu secara perlahan-lahan bertambah dan akhirnya kecepatan sel-sel yang mati
menjadi konstan (Pratama, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Bold,H.C.,
Wynne,M.J. 1985. Introduction to the Algae, Structur and Reproduction. New
York: Englewood Cliftts. Pretince Hall Inc. 720 hal.
Ekawati,
A.W.2005. Diktat Kuliah Budidaya Pakan Alami. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Brawijaya : Malang.
Isnansetyo
dan Kurniastuty. 1995, Teknik kultur phytoplankton zooplankton. pakan alami
untuk pembenihan organisme laut. Kanisius. Yogyakarta. 116 hlm.
Kawaroe.
2010.Mikroalga Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan
Bakar.Intitut Teknologi Bandung.Bandung.
Mirojiah,
Mety. 2013. Klasifikasi Mikroalga Menurut Filumnya.diakes pada tanggal 2
November 2018.
Pratama,
I. 2011. Pengaruh Metode Pemanenan Mikroalga Terhadap Biomassa Dan Kandungan
Esensial Chlorella vulgaris.
(Skripsi). Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Jakarta.
Wigajatri
R.P, Handojo, A., Kurniawan, H., dan Prihantini, N. B. 2003. Studi
Karakteristik Fluoresensi Chlorella Sp : Pengaruh pH Terhadap
Pengkulturan. Jurnal Makara, Teknologi, VOL. 7, NO. 2, Agustus 2003 STUDI,
7(2), 83–88.
Wirosaputro,S.
2002. Chlorella sp. Untuk Kesehatan
Global Teknik Budidaya dan Pengolahan Buku II. Gajah Mada University Press.
Yogayakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar