Retensi Energi
Menurut Haryati dkk (2011) retensi energi adalah besarnya energi pakan yang dikonsumsi ikan yang dapat disimpan dalam tubuh. Sukmaningrum dkk (2014) menyatakan energi dalam pakan secara fisiologis digunakan untuk pemeliharaan dan metabolisme, apabila terdapat sisa akan dideposisi sebagai jaringan tubuh dalam proses pertumbuhan dan untuk sintesa produk reproduksi. Kalori bisa juga diartikan sebagai satuan unit yang digunakan untuk mengukur nilai tenaga atau energi, kandungan kalori di dalam suatu makanan bergantung pada kandungan karbohidrat, protein, dan lemak pada makanan itu sendiri (Lestari et al.,2016).
Sebagaimana halnya pada hewan-hewan lain yang bersifat heterotrof, ikan membutuhkan energi baik untuk proses perawatan tubuh (maintenance), maupun untuk aktivitas fisik, tumbuh , dan bereproduksi. Energi yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan tersebut beasal dari makanan yang dikonsumsi. Adanya fluktuasi dalam ketersediaan makanan, kondisi perairan (suhu, salinitas, dan oksigen terlarut(DO) ) dan kondisi ikan berpengaruh terhadapbesarnya energi yang dikonsumsi oleh seekor ikan. Sehingga energi yang dikonsumsi tersebut dapat lebih besar atau lebih kecl daripada energi yang dibelanjakan, hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan atau penurunan energi tubuh (Putra, 2015).
Penggunaan
energi pada ikan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi. Energi
diperoleh dari perombakan ikatan kimia melalui proses reaksi oksidasi terhadap
komponen pakan, yaitu protein, lemak dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih
sederhana (asam amino, asam lemak dan glukosa) sehingga dapat diserap oleh
tubuh untuk digunakan atau disimpan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Menurut
Webster dan Lim (2002), metabolisme adalah perubahan atau semua transformasi
kimiawi dan energi yang terjadi di dalam tubuh. Metabolisme adalah semua reaksi
kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, terdiri atas anabolisme dan
katabolisme. Anabolisme adalah proses sintesis senyawa kimia kecil menjadi
besar menjadi molekul yang lebih besar, misalnya asam amino menjadi protein,
sedangkan Katabolisme adalah proses penguraian molekul besar menjadi molekul
kecil, misalnya glikogen menjadi glukosa. Selain itu, proses anabolisme adalah
suatu proses yang membutuhkan energi, sedangkan katabolisme melepaskan energi.
Meskipun anabolisme dan katabolisme saling bertentangan, namun keduanya tidak
dapat dipisahkan karena seringkali hasil dari anabolisme merupakan senyawa pemula
untuk proses katabolisme (Putra, 2015).
Daftar Pustaka
Afrianto, E., dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta. Hal 9-77.
Haryati,
Zainuddin dan D. S. Putri. 2011. Pengaruh Tingkat Subtitusi Tepung Ikan Dengan
tepung Maggot Terhadap Komposisi Kimia Pakan dan Tubuh Ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Laboratorium
Bioteknologi LIPI. Bogor. 14 hal.
Putra, A. N. 2015. Laju Metabolisme Pada Ikan Nila Berdasarkan Pengukuran Tingkat Konsumsi Oksigen. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 5 (1): 13-18.
Sukmaningrum,
S., N. Setyaningrum, A.E. Pulungsari. 2014. Retensi Protein dan Retensi Energi
Ikan Cupang Plakat yang Mengalami Pemuasaan. Fakultas Biologi, Universitas
Jendral Soedirman. Purwokerto.
Webster, C.
D., and C.E. Lim. 2002. Nutrient Requirements and Feeding of Finfish for Aquaculture.
CABI Publishing, New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar